Aku
tiba- tiba terbangun. Seperti dibangunkan oleh sesuatu. Kira-kira pukul
setengah 4 pagi. Aku bukan tipe orang
yang terbiasa bangun sepagi buta itu. Tetapi aku bangun pada jam itu dan
langsung teringat dengan telepon genggamku yang ada entah dimana. Seingatku
sebelum aku tidur ada di sisi kepalaku dan waktu aku bangun sudah ada di
kakiku.
Aku
berharap mendapatkan sms dari pacarku “Yudha”. Kemarin malam kami bertengkar
hebat. Itu sudah biasa. Aku yang berteriak-teriak saat marah itu juga biasa.
Tapi saat dia berkata kasar dan menggebrak meja atau apalah itu yang tidak
biasa. Aku tahu itu tidak biasa karena dia bukan tipe laki- laki yang suka
marah besar. Mungkin dia sudah kehabisan kesabarannya denganku.
Seperti
pertengkaran sebelum-sebelumnya, aku selalu mengucapkan kata “pisah”. Meskipun
aku sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya aku mengerti dan aku harapkan
dibalik kata “pisah”. Aku juga belum tentu dapat menerimanya seandainya Yudha
juga mengucapkan kata “pisah” juga alias menyetujui permintaanku itu.
Seperti
yang sudah aku katakana, aku sudah terbiasa mengucapkan kata “pisah”. Bukan
benar-benar pisah, tetapi hanya untuk menggertak dia saja. Dibalik kata “pisah”
itu aku sangat mencintainya melebihi yang orang tahu ataupun dirinya tahu.
Tetapi selalu saja yang dia katakana dia tidak ingin berpisah denganku. Tidak
akan pernah melepaskanku. Kata- kata dia itulah yang selalu membuatku senang
dan luluh akan segala emosi-emosiku. Aku tahu dia mencintaiku sama seperti aku
mencintainya. Mencintai apa adanya dirinya. Aku sangat menyukai semua yang ada
padanya. Tetapi kadang kala emosi-emosi yang meluap-luap tidak bisa teredamkan
dengan kata-kata manis seperti itu. Mungkin aku sedang kalap seperti pada sabtu
malam itu.
Kami
bertengkar. Sampai akhirnya aku mengucapkan kata pisah kepadanya. Dan besoknya
aku memang tidak meneleponnya. Karena aku membutuhkan sesuatu yang dingin di
kepalaku untuk berfikir sejernih mungkin yang bisa aku lakukan. Dan hari itu
juga aku berusaha tidur lebih awal. Untuk mengistirahatkan otakku dan
mere-fresh segala system yang ada di dalamnya. Dengan harapan aku mendapatkan
pemikiran- pemikiran yang bijak. Tetapi saat aku terjaga pada pagi harinya
pukul setengah 4 pagi buta, aku mendapatkan sms di HP ku. Dari dia Yudha. Sms
yang aku kira aku tidak akan pernah mendapatkan kata-kata itu dari dia. Yang
aku kira dia tidak akan pernah mengucapkan kata “mengerikan” itu kepadaku. Aku
tahu cepat atau lambat ini semua akan terjadi. Tetapi sungguh, aku tidak
menginginkannya.
Aku
membuka sms dia. Dan aku baca sms itu dengan tangan bergetar hati yang hancur.
“Cwry yen wingi bengi q kyk
ngunu..Bkn ne q gk peduli atw sayang. .sbnr e q gk pgn dirimu trz2 jd trkorban
akan smw ni..Q reti q salah. .Q reti q kelewatan..Q minta maaf. .Jujur ae q sbnr
e ya beban yen kyk ngunu trz. .Tp kudu piye meneh emang hrz trjdi kita pisah.
.Sbnr e dek mlm tlpn mu d’dgrke bpk+ibu. .Maaf ya. .Ugk ksengajaan. .Q Cuma minta
maaf. .Q harap awal kita kenal baek trz slnjt e ya baek. .”
Aku
shock banget. Aku hanya bisa nangis. Selama hampir dua tahun kami berhubungan
dia tidak pernah mengucapkan kata “pisah” kepadaku. Dan sekali dia mengucapkan
kata itu sungguh membuatku seperti tersayat-sayat. Aku hanya bisa menangis dan
bilang “aku gak mau kehilangan kamu pah, aku sayang sama kamu pah. Kita bisa
membicarakannya lagi. Mengulangi semuanya dari awal. Aku gak mau kamu ninggalin
aku. Tuhan, jangan pisahkan kami” Hanya kata- kata itu yang selalu aku ulangi.
Kembali dan kembali. Kumohon jangan tinggalkan aku. Jangan pergi dari hidupku.
Mungkin aku terlalu kasar kepadamu tetapi semua masih bisa diperbaiki.
Setengah
jam kemudian aku membalas sms. Aku tidak mampu berkata-kata banyak hanya dalam
sms.
“Q gk ngrti hrs umg upu?
Mengko nug ue tangi,tlung blz cmz q. Q pgen tilpun.”
Hanya
kata-kata itu yang sanggup aku tulis. Detik selanjutnya aku selalu menangis dan
menangis. Menyadari kalau sekarang dia bukan kekasihku lagi. Itu kenyataam yang
sangat pahit. Aku tidak bisa menerimanya. Adzan subuh berkumandang dan aku
ingin mengadu kepada Tuhanku.
Aku
ambil air wudhu. Aku sholat subuh, bersimpuh dihadapannya. Mengumandangkan ayat
– ayat suci Allah. Mengharapkan aku mendapatkan kedamaian dengan itu. Dan aku memang melakukan yang
benar. Aku mendapatkan kedamaian dengan itu. Dan aku mulai timbul sedikit
harapan bahwa aku akan memperbaiki ini semua. Mmebicarakan dengannya dan mulai
melakukan tawar-menawar. Aku janji aku akan mengubah sifatku, seberapa sulit
itu. Aku akan berusaha. Dan aku tidak akan terlalu banyak menuntutnya yang
macam- macam.
Aku
masih menunggu sms dari dia. Berharap aku akan berbicara dengan dia tentang
kami berdua, tentang hubungan kami, tentang cinta kami, dan tentang bagaimana
mempertahankan semua ini. Aku berharap dia akan menerimaku kembali. Tetapi
apabila dia tidak mau menerimaku kembali, aku tidak tahu apa yang harus aku
lakukan. Aku tidak tahu apa aku sudah siap dengan ini semua. Aku tidak tahu.
Sungguh aku tidak tahu.
Hanya
satu yang aku harapkan, “dia kembali padaku” dan aku akan melakukan apapun yang
menjadi keinginannya. Karena aku
mencintainya lebih dari orang lain tahu.
(Aku
akan melanjutkannya setelah ia membalas smsku dan aku meneleponnya. Kuharap
akhirnya indah…dan sesuai harapanku. Aminnn!!!)
Maaf, telat yah. :) Setelah aku menulis di blog ini, malam harinya aku menelepon Yudha. Aku sudah cerita kepada orang- orang yang menurutku tepat untuk aku ceritai dan aku mintai solusi. Tetapi semuanya tidak memberikan solusi kepada ku hanya sebatas spekulasi- spekulasi dan pendapat- pendapat. Jujur, bukan itu yang aku cari. Yang aku cari adalah solusi. Malam itu, aku sudah hampir menyerah dengan segala usaha- usahaku kepadanya. Didalam otakku 'ini adalah kali terakhirku membujuknya untuk kembali kepadaku. Tetapi kalau dia tetap bersikukuh dengan pendiriannya, mau apalagi aku sudah menyerah'. Ok, itu pikiranku. Aku ingin sekali terus bertahan, tapi sepertinya keadaan bertahanku ini akan semakin menyakiti dan membuatku lemah.
Dan malam itu saat aku menelepon dia, aku berbicara apa adanya. Sangat apa adanya apa yang aku rasakan. Dan tidak ada unsur pembujukan yang berlebihan seperti hari- hari sebelumnya. Tetapi ternyata, dia malah menerimaku lagi. Oke sebelum ini dia sudah menerimaku. Tetapi sikapnya masih sangat dingin kepadaku. Tetapi malam itu, dia sudah menunjukkan perhatiannya lagi kepadaku. Dia menyuruhku makan, karena sudah berhari- hari (hampir seminggu aku tidak makan apapun. Hanya air putih yang aku minum. Sebenarnya aku juga gak mau sampai aku tidak makan apapun, bagaimana dengan lambungku? Lambung yang mempunyai gerakan untuk meremas- remas makanan tetapi dikarenakan tidak ada makanan di dalam lambungku, pasti yang diremas lambungku adalah dinding lambung. Dan apabila terjadi seperti itu bisa xan bayangkan lambungku bocor dan Allahua'lam. Hanya Allah yang tahu. Aku juga sudah menyerahkan hidupku sepenuhnya seandainya terjadi kebocoran dalam lambungku. Paling tidak orang tidak mengecap aku mati konyol karena putus cinta seperti gantung diri ataupun nenggak racun. Tapi aku mati karena terjadi masalah pada lambungku yang notabene nya aku memang sudah punya sakit maag. Orang tidak akan berfikir karena aku putus cinta, walaupun sebenarnya motifnya sama seperti yang gantung diri atau minum racun.
Gila, pikiranku sudah sejauh itu. Aku memang terlalu mencintainya. Dia hampir setara dengan kedua orangtuaku posisinya. Amazing kan? Dia pernah bertanya kepadaku, "apa sih yang buat kamu mencintaiku seperti itu dan tidak mau melepaskanku padahal aku gak ada apa- apanya?". Aku gak tahu, dia bertanya seperti itu sadar atau gak. Seharusnya kalau dia bisa ngomong dia "tidak apa-apanya" seharusnya dia bisa berfikir. 'Ada seorang cewek yang mencintaiku dalam kondisi yang seperti ini, disaat aku belum memiliki apapun yang bisa aku banggakan. Berarti dia mencintaiku apa adanya diriku, bukan karena ada sesuatu dalam diriku'. Seharusnya dia bisa berfikir seperti itu.
Oke, untuk sikapku yang egois, gampang meledak, selalu menyalahkan dia. Oke, untuk yang itu aku sadar aku salah, aku minta maaf. Aku bisa memperbaiki itu semua. Aku akan semaksimal mungkin memperbaiki sikapkku itu agar dia nyaman saat bersamaku.
Saat aku bilang kalau aku mau pulang ke pati (awalnya sebelum bertengkar aku memang sudah ada rencana mau ke semarang tetapi saat kami bertengkar dia tidak mau menerimaku di semarang, jadi aku putuskan untuk pulang ke pati saja.itung- itung me-refresh pikiran dengan bertemu keluarga dan teman- teman), dia tiba- tiba bilang gak usah pulang ke pati, di semarang saja. Nanti dia jemput di stasiun Tawang. Sumpah, aku seneng banget dia bilang seperti itu. Aku merasa aku telah mendapatkan kembali 'Yudhaku' yang dulu. Walau tidak seutuhnya. Aku benar- benar gak bisa sembunyikan perasaan bahagia ku itu.
Dan seminggu kemudian, tepat di hari kamis tanggal 03 November 2011, pukul 19.20 aku menuju Semarang dengan menggunakan kereta Senja Utama Semarang. Dan pukul 03.23 aku sampai di stasiun Tawang Semarang. Dia menjemputku. Awalnya kami canggung, gak tahu aku atau dia yang sebenarnya canggung. Selama perjalanan dari stasiun Tawang ke Tembalang kami hanya bisa diam saja. Aku mencoba untuk bersikap seperti biasa sebelum kami bertengkar. Saat dia memboncengku, aku berpegangan pada perutnya. Aku coba untuk bersikap biasa- biasa saja seperti dulu.
Hampir pukul 04.00 pagi kami sampai di kontrakan dia di daerah Tembalang Semarang. Setelah kami ganti baju dan bersiap- siap untuk tidur, disitulah dia mulai mau menyentuhku lagi. Sebenarnya aku gak berharap banyak kalau dia mau menyentuhku, memelukku, menciumku seperti dulu sebelum kami bertengkar. Tetapi ternyata, pelan- pelan dia meraih tanganku, menyeretku ke dalam pelukannya dan dia mengecup bibirku. Terima kasih Tuhan, Kau telah benar- benar mengembalikan 'Yudhaku' seperti dulu. Dari situ kami mulai bersikap dan mengobrol biasa. Dan waktu 3 hari pun berlalu dengan cepat.
Sangat menyenangkan bersama dengan Yudha, pacarku,kekasihku,orang yang aku harapkan akan menjadi suamiku kelak. ^_^ amiiiinnnn!!! Sampai rasanya aku tidak ingin berpisah dengannya. Tidak untuk waktu yang lama. Tapi yah, itu harus terjadi. Aku harus kembali ke Jakarta. Melakukan segala rutinitasku dan dia juga melakukan segala rutinitasnya, Kami kembali ke rule kami masing- masing. Tetapi yang paling terpenting hati kami sudah berjalan bersama lagi, satu irama, sejalan dengan nafas kami.
Aku akan selalu sabar menunggu sampai kami nanti bisa bersama- sama. Satu atap, satu ranjang dan satu kebahagiaan. Aku benar- benar merasa yakin akan perasaanku kepadanya. Tuhan, aku mohon kelak satukan kami dalam satu ikatan yang tidak terpisahkan sampai hayat dikandung badan.
Aku sangat sangat mencintainya Tuhan. Berjuta- juta harapanku aku sandarkan dibahunya. Aku akan bertahan Tuhan, bertahan untuknya. Aku akan menjadi separuh dari hatinya. Tidak akan aku biarkan hatinya berlubang dan memberi kesempatan orang lain untuk mengisinya. Yudha untukku, milikku, hanya milikku selamanya.
Aku mohon Tuhan, restui dan ridhoi hubungan kami. Niat baik kami Tuhan.Semoga kami bisa melewati segala macam halangan dan rintangan di setiap jalan kami. Tuhan, satukanlah cinta kami. Amiiiinnnn!!! (^_^)
Maaf, telat yah. :) Setelah aku menulis di blog ini, malam harinya aku menelepon Yudha. Aku sudah cerita kepada orang- orang yang menurutku tepat untuk aku ceritai dan aku mintai solusi. Tetapi semuanya tidak memberikan solusi kepada ku hanya sebatas spekulasi- spekulasi dan pendapat- pendapat. Jujur, bukan itu yang aku cari. Yang aku cari adalah solusi. Malam itu, aku sudah hampir menyerah dengan segala usaha- usahaku kepadanya. Didalam otakku 'ini adalah kali terakhirku membujuknya untuk kembali kepadaku. Tetapi kalau dia tetap bersikukuh dengan pendiriannya, mau apalagi aku sudah menyerah'. Ok, itu pikiranku. Aku ingin sekali terus bertahan, tapi sepertinya keadaan bertahanku ini akan semakin menyakiti dan membuatku lemah.
Dan malam itu saat aku menelepon dia, aku berbicara apa adanya. Sangat apa adanya apa yang aku rasakan. Dan tidak ada unsur pembujukan yang berlebihan seperti hari- hari sebelumnya. Tetapi ternyata, dia malah menerimaku lagi. Oke sebelum ini dia sudah menerimaku. Tetapi sikapnya masih sangat dingin kepadaku. Tetapi malam itu, dia sudah menunjukkan perhatiannya lagi kepadaku. Dia menyuruhku makan, karena sudah berhari- hari (hampir seminggu aku tidak makan apapun. Hanya air putih yang aku minum. Sebenarnya aku juga gak mau sampai aku tidak makan apapun, bagaimana dengan lambungku? Lambung yang mempunyai gerakan untuk meremas- remas makanan tetapi dikarenakan tidak ada makanan di dalam lambungku, pasti yang diremas lambungku adalah dinding lambung. Dan apabila terjadi seperti itu bisa xan bayangkan lambungku bocor dan Allahua'lam. Hanya Allah yang tahu. Aku juga sudah menyerahkan hidupku sepenuhnya seandainya terjadi kebocoran dalam lambungku. Paling tidak orang tidak mengecap aku mati konyol karena putus cinta seperti gantung diri ataupun nenggak racun. Tapi aku mati karena terjadi masalah pada lambungku yang notabene nya aku memang sudah punya sakit maag. Orang tidak akan berfikir karena aku putus cinta, walaupun sebenarnya motifnya sama seperti yang gantung diri atau minum racun.
Gila, pikiranku sudah sejauh itu. Aku memang terlalu mencintainya. Dia hampir setara dengan kedua orangtuaku posisinya. Amazing kan? Dia pernah bertanya kepadaku, "apa sih yang buat kamu mencintaiku seperti itu dan tidak mau melepaskanku padahal aku gak ada apa- apanya?". Aku gak tahu, dia bertanya seperti itu sadar atau gak. Seharusnya kalau dia bisa ngomong dia "tidak apa-apanya" seharusnya dia bisa berfikir. 'Ada seorang cewek yang mencintaiku dalam kondisi yang seperti ini, disaat aku belum memiliki apapun yang bisa aku banggakan. Berarti dia mencintaiku apa adanya diriku, bukan karena ada sesuatu dalam diriku'. Seharusnya dia bisa berfikir seperti itu.
Oke, untuk sikapku yang egois, gampang meledak, selalu menyalahkan dia. Oke, untuk yang itu aku sadar aku salah, aku minta maaf. Aku bisa memperbaiki itu semua. Aku akan semaksimal mungkin memperbaiki sikapkku itu agar dia nyaman saat bersamaku.
Saat aku bilang kalau aku mau pulang ke pati (awalnya sebelum bertengkar aku memang sudah ada rencana mau ke semarang tetapi saat kami bertengkar dia tidak mau menerimaku di semarang, jadi aku putuskan untuk pulang ke pati saja.itung- itung me-refresh pikiran dengan bertemu keluarga dan teman- teman), dia tiba- tiba bilang gak usah pulang ke pati, di semarang saja. Nanti dia jemput di stasiun Tawang. Sumpah, aku seneng banget dia bilang seperti itu. Aku merasa aku telah mendapatkan kembali 'Yudhaku' yang dulu. Walau tidak seutuhnya. Aku benar- benar gak bisa sembunyikan perasaan bahagia ku itu.
Dan seminggu kemudian, tepat di hari kamis tanggal 03 November 2011, pukul 19.20 aku menuju Semarang dengan menggunakan kereta Senja Utama Semarang. Dan pukul 03.23 aku sampai di stasiun Tawang Semarang. Dia menjemputku. Awalnya kami canggung, gak tahu aku atau dia yang sebenarnya canggung. Selama perjalanan dari stasiun Tawang ke Tembalang kami hanya bisa diam saja. Aku mencoba untuk bersikap seperti biasa sebelum kami bertengkar. Saat dia memboncengku, aku berpegangan pada perutnya. Aku coba untuk bersikap biasa- biasa saja seperti dulu.
Hampir pukul 04.00 pagi kami sampai di kontrakan dia di daerah Tembalang Semarang. Setelah kami ganti baju dan bersiap- siap untuk tidur, disitulah dia mulai mau menyentuhku lagi. Sebenarnya aku gak berharap banyak kalau dia mau menyentuhku, memelukku, menciumku seperti dulu sebelum kami bertengkar. Tetapi ternyata, pelan- pelan dia meraih tanganku, menyeretku ke dalam pelukannya dan dia mengecup bibirku. Terima kasih Tuhan, Kau telah benar- benar mengembalikan 'Yudhaku' seperti dulu. Dari situ kami mulai bersikap dan mengobrol biasa. Dan waktu 3 hari pun berlalu dengan cepat.
Sangat menyenangkan bersama dengan Yudha, pacarku,kekasihku,orang yang aku harapkan akan menjadi suamiku kelak. ^_^ amiiiinnnn!!! Sampai rasanya aku tidak ingin berpisah dengannya. Tidak untuk waktu yang lama. Tapi yah, itu harus terjadi. Aku harus kembali ke Jakarta. Melakukan segala rutinitasku dan dia juga melakukan segala rutinitasnya, Kami kembali ke rule kami masing- masing. Tetapi yang paling terpenting hati kami sudah berjalan bersama lagi, satu irama, sejalan dengan nafas kami.
Aku akan selalu sabar menunggu sampai kami nanti bisa bersama- sama. Satu atap, satu ranjang dan satu kebahagiaan. Aku benar- benar merasa yakin akan perasaanku kepadanya. Tuhan, aku mohon kelak satukan kami dalam satu ikatan yang tidak terpisahkan sampai hayat dikandung badan.
Aku sangat sangat mencintainya Tuhan. Berjuta- juta harapanku aku sandarkan dibahunya. Aku akan bertahan Tuhan, bertahan untuknya. Aku akan menjadi separuh dari hatinya. Tidak akan aku biarkan hatinya berlubang dan memberi kesempatan orang lain untuk mengisinya. Yudha untukku, milikku, hanya milikku selamanya.
Aku mohon Tuhan, restui dan ridhoi hubungan kami. Niat baik kami Tuhan.Semoga kami bisa melewati segala macam halangan dan rintangan di setiap jalan kami. Tuhan, satukanlah cinta kami. Amiiiinnnn!!! (^_^)
Love You Papah .... :-* mmmuaachhhh